2nd, However, the truth is still missing…let’s hunting for it!
Sesudah bangun telat sekitar jam 5, kami langsung solat subuh di masjid. Acara pertama hari ini adalah walking–walking plus senam olahraga. Dari rumah kami berjalan menyusuri jalan menuju Waduk Cengklik untuk bersenam ria. Entah kenapa hp dan kamera kami “disita” oleh panitia yang berwenang, jadi kami tidak bisa mengabadikan keindahan waduk-sun-rising yang keren banget plus hamparan tanaman yang ditanam petani dan kemilau sinar mentari di riak keramba di waduk (dan ini yg membuat agak gelo…). Ditambah waktu berangkat, saat senam, dan ketika pulang, banyak bikers (baca: pesepeda) terlihat, dengan sepeda-sepeda mereka yang keren – keren dan kekompakan kelompok mereka yang membuat iri.
Walaupun begitu, kami tetap menikmati senam pagi dan jalan-jalan ini. Lumayan, karena kami jarang jalan-jalan di pagi hari di alam terbuka, kami juga mendapat suasana baru yang berbeda dengan kampus. Suasana waduk dan desa pagi hari, kebersamaan yang bersinar. Meskipun masih ada sesuatu yang tersimpan di hati pikiran panitia. Dan itu harus menunggu. (Sssaaaabbbaaarr….)
Sesampainya di rumah, kami beristirahat sejenak dan sarapan. Setelah istirahat, tugas menanti. Kami harus melakukan reportase. Peserta dibagi-bagi lagi menjadi 5 kelompok, 1 kelompok 3 sampai 4 orang. Tiap kelompok temanya berbeda-beda. Kelompok penulis mendapat tema Pendidikan dan Mata Pencaharian penduduk setempat. Waktu yang diberikan sampai jam sepuluh dan harus sudah dalam bentuk artikel jadi. Tiap narasumber harus ada buktinya (foto/video). [Artikel selengkapnya baca di “Minat Belajar yang Rendah, Kerja Buruh, dan Urbanisasi” di sekber Primordia].
Ketika semua kelompok telah menyelesaikan artikelnya, tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, dan panitia memberikan penilaian terhadap artikel tersebut. Rata-rata karena jam terbang-non-layang peserta masih sedikit, jadi artikel yang dihasilkan belum terlalu bagus. Tapi kami kan terus berusaha… {Really…reporter style}.
Setelah penyelesaian+sharing, saat yang ditunggu telah tiba, waktunya hunting…kartu pers. Tiap peserta diberi amplop yang berisi “potongan-potongan” foto panitia yang telah dipotong-potong. Tiap peserta diberi satu potongan foto panitia yang harus ditemukan untuk mendapatkan petunjuk selanjutnya, dan potongan-potongan lainnya ada di amplop peserta lain. Jadi harus ada kerjasama semua peserta agar sosok yang terpotong-potong itu bisa dikenali.
Sulit juga untuk menemukan pasangan foto yang diacak dan tidak diketahui identitasnya. Kami harus berputar-putar mencari ke setiap amplop foto yang cocok dengan foto 1 milik sendiri. Namun, setelah perjuangan look-and-match ke banyak foto, akhirnya semuanya menemukan sosok tak bernamanya masing-masing. Dari panitia kami mendapatkan sebuah petunjuk untuk menemukan kartu pers, atau petunjuk selanjutnya. Dan pencarian pun dimulai……
Sebenarnya ingin diceritakan kisah perjuangan masing-masing peserta yang penuh tumpah darah dan keringat dalam pencarian ini. Namun, karena ke-tak-terbatasan kata dan kemalasan mulut, maka kisah selengkapnya dipersilakan bertanya pada masing-masing hunter. Ini kisah singkat yang terekam kedua mata.